Sabtu, 25 Februari 2012

kumpulan study kasus pola interaksi dalam revisi teks

KUMPULAN STUDI KASUS POLA INTERAKSI ONLINE DALAM REVISI TEKS


MAKALAH
Untuk Memenuhi tugas Akhir
Mata Kuliah Landasan Teknologi Pendidikan

                                           Yang diampu oleh:
                                      Prof. Dr. M.Rusdi, M.Sc
                                         Dr. Samsurizal, M.Si
                     Prof. Dr. Yundi Fitra,M.Pd


Oleh
logo unja newRINA GUSWATI











PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS JAMBI
FEBRUARI 2012Top of Form


Kumpulan Studi Kasus Pola Interaksi Online dalam Revisi Teks


Yu-Fen Yang dan Shan-Pi Wu
Sekolah Tinggi Bahasa Asing Terapan, Universitas Nasional Sains & Teknologi Yunlin, Yunlin,Taiwan, R.O.C. // yangy@yuntech.edu.tw

ABSTRAK
Pembelajaran terjadi melalui interaksi dengan orang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola interaksi online
mempengaruhi revisi teks siswa. Sebagai sampel, 25 mahasiswa direkrut untuk bermain berbagai peran sebagai penulis, editor, dan komentator di revisi-revisi teks online. Dalam memainkan peran yang berbeda, mereka memilih untuk
membaca teks penulis pasangannya, mengedit kesalahan, menngevaluasi saran dan koreksi editor pasangannya, dan akhirnya menulis ulang teks-teks mereka sendiri. Pilihan siswa atas tindakan dalam sistem ini untuk berinteraksi dengan pasangannya  untuk tujuan bersama dalam perbaikan teks diidentifikasi sebagai pola interaksi dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini mengungkap perbedaan yang signifikan dalam pola interaksi siswa dan teks akhir mereka. Pola interaksi siswa yang membuat revisi baik lokal (koreksi tata bahasa) dan global (pengembangan, organisasi, dan gaya teks) adalah proses yang luas dan timbal balik. Pola interaksi siswa yang membuat hanya revisi lokal hanya merupakan proses satu arah. Berdasarkan pola-pola interaksi ini, kami sarankan agar guru mendorong siswa yang berpartisipasi rendah untuk terlibat dalam interaksi dengan pasangann mereka dengan menunjukkan manfaat dari revisi teks berpasangan pada rancangan akhir. Memberikan bantuan yang diperlukan dan bimbingan kepada siswa yang berpartisipasi rendah adalah penting, mengingat kesulitan mereka dalam menulis teks, mengedit teks pasangan, dan mengevaluasi saran editor pasangan.

Kata kunci
Pola Interaksi, Pembelajaran kolaboratif, Hasil penelusuran, Revisi teks,  Review pasangan

Pendahuluan

Pembelajaran dapat lebih efektif ketika siswa dapat mendiskusikan dengan pasangan tentang gagasan, pengalaman, dan pandangan mereka (Gonzalez-Lloret, 2003; Jonassen, Davison, Collins, Campbell, & Bannan Haag, 1995; Pena-Shaff & Nicholls, 2004). Melalui interaksi, siswa diberi kesempatan untuk terlibat dalam proses mengkonstruksi makna dimana mereka berbagi ide dan mencoba untuk menciptakan makna dari pengalaman baru (Jonassen dkk., 1995). Yaitu, mereka mungkin membawa ide-ide, pengalaman, dan pandangan yang berbeda ke dalam pembelajaran kolaboratif (Hoadley & Enyedy, 1999; Stahl, 2002). Bagaimana seseorang bergerak dari pandangan yang tampaknya berbeda kearah pemahaman bersama
dan kemudian ke konstruksi makna yang baru dianggap sebagai aspek penting dalam pembelajaran kolaboratif (Puntambekar, 2006; Reeves, Herrington, & Oliver, 2004). Dalam pembelajaran kolaboratif, mahasiswa yang memasuki diskusi dengan pemahamannya sendiri mungkin mengambil lebih mendalam atau pemahaman yang lebih luas dari topik melalui interaksi kolaborasi.
Proses interaksi kolaboratif juga penting dalam perkembangan keterampilan menulis siswa. Siswa biasanya menggunakan produk menulis orang lain untuk membantu mereka dalam membangun makna. Mereka juga dapat berkolaborasi dan bercakap-cakap dengan orang lain untuk bertukar informasi dan menulis ulang teks-teks mereka. Hasil penelitian DiGiovanni dan Nagaswami (2001) dan Heift dan Caws (2000) menunjukkan bahwa siswa perkembangan menulis yang lebih baik (atau kognitif) di bawah bantuan dari pasangan yang dewasa atau ahli.

Revisi kolaboratif dianggap sebagai penyangga karena membantu siswa meningkatkan tulisan mereka. Penyangga adalah dukungan sementara bagi siswa yang membantu mereka dalam menjembatani kesenjangan antara apa yang bisa mereka lakukan dan apa yang perlu mereka lakukan (Graves, Graves, & Braaten, 1996). Dalam proses revisi kolaboratif, penulis pemula mendapatkan bantuan dari pasangan yang cakap untuk memperbaiki teks-teks mereka. Demikian pula, kemampuan metakognitif penulis ahli tumbuh dengan mengedit teks dan memberikan umpan balik kepada penulis pemula. Artinya, baik pemula dan ahli mendapat manfaat penulis dari proses revisi kolaboratif.

Menurut Pena-Shaff dan Nicholls (2004), proses pembuatan makna atau konstruksi  makna bahkan “dapat menjadi lebih kuat ketika komunikasi diantara pasangan-pasangan ini dilakukan dalam bentuk tertulis, karena menulis, dilakukan tanpa umpan balik langsung dari orang lain, seperti dalam komunikasi lisan, membutuhkan elaborasi lebih penuh agar berhasil
menyampaikan makna "(hal. 245). Interaksi kolaboratif melalui media tertulis sangat penting untuk mahasiswa yang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing (EFL) di Taiwan karena mereka diwajibkan untuk membaca buku pelajaran bahasa Inggris dan menulis esai akademis. Namun, baik dalam kelas membaca dan menulis, mereka kurang berinteraksi dengan sesama pebelajar dan guru karena keterbatasan waktu dalam pembelajaran bahasa (Chi, 2001).

Untuk memperkuat interaksi diantara siswa, pembelajaran kolaboratif yang didukung komputer (CSCL) diusulkan sebagai alternatif (Martindale, Pearson, Curda, & Pilcher, 2005; Loard & Lomicka, 2004; Kinnunen & Vauras, 1995). CSCL telah diklaim mandiri secara ruang dan waktu (Huffaker & Calvert, 2003; Warschauer, 1997). Guru dan siswa dapat bertukar pesan dari tempat yang berbeda pada waktu yang berbeda. Dalam proses revisi teks,
siswa dapat mengambil rekan-rekan sebagai perancah untuk membaca teks pasangannya dan memperbaiki kesalahan dalam rangka untuk membantu diri mereka sendiri
membangun makna. Artinya, mereka berkolaborasi dengan teman sebaya atau guru untuk menegosiasikan makna dan merekonstruksi teks mereka sendiri.

Latar belakang penelitian ini

Untuk membantu siswa EFL merevisi teks-teks mereka, sebuah sistem online dibangun dalam penelitian ini yang membolehkan siswa untuk bermain beberapa peran. Sebagai penulis, siswa mengirim teks-teks mereka ke dalam sistem untuk dibaca rekan-rekan mereka. Sebagai editor, mereka membaca dan mengedit teks rekan-rekan mereka. Ketika bermain peran sebagai komentator, mereka mengevaluasi saran dan perbaikan editor teman sejawat
(Gambar 1). Artinya, siswa bebas untuk memilih tindakan mereka dalam sistem karena mereka menganggap masing-masing peran dalam siklus penulisan (menulis-mengedit-mengevaluasi-menulis ulang). Dalam mengambil tindakan yang berbeda untuk memainkan berbagai peran, siswa membutuhkan informasi dari dan memberikan memberikan informasi kepada rekan-rekan. Makna muncul ketika siswa menciptakan interpretasi dari saran dan perbaikan rekan-rekan mereka untuk membangun dan merekonstruksi teks mereka sendiri (Leahey & Harris, 1989).


Gambar 1. Siklus menulis dan pergantian peran dalam sistem

Penelitian ini berbeda dengan penelitian terkait di bidang revisi kolaboratif dalam dua aspek utama. Pertama, beralih peran mahasiswa dalam sistem menghasilkan interaksi online dengan teman sebaya melalui membaca dan menulis. Interaksi online terjadi ketika penulis, editor, dan komentator mengirimkan teks-teks mereka atau komentar pada teks rekan-rekan. Siswa bebas untuk mengubah peran mereka saat mereka mengambil tindakan yang berbeda seperti membaca teks rekan, mengedit teks rekan, dan mengevaluasi perbaikan rekan editor dalam sistem tersebut. Mereka juga diingatkan untuk membuat pilihan dan keputusan untuk menerima atau menolak revisi yang benar dan salah dari rekan editor. Kedua, kebanyakan penelitian sebelumnya (misalnya, DiGiovanni & Nagaswami, 2001; Heift & Caws, 2000) menganggap revisi kolaboratif sebagai intervensi pembelajaran bagi siswa tanpa memperhatikan kemajuan setiap siswa dalam memperoleh dan memberikan informasi. Dalam sebagian besar penelitian sebelumnya, tingkat penurunan kesalahan tata bahasa dalam rancangan akhir dianggap untuk menunjukkan kemajuan siswa dalam revisi teks. Namun, data kuantitatif dari tingkat penurunan tidak mengungkapkan bagaimana siswa membuat revisi seperti itu atau mengungkapkan kemajuan mereka dalam reorganisasi teks.

Penelitian  ini tidak hanya mengakui revisi kolaboratif sebagai intervensi pembelajaran tetapi juga menekankan kemajuan individu dalam perbaikan teks. Proses interaktif setiap siswa tercatat dalam hasil rekam jejak pada sistem tersebut untuk menunjukkan bagaimana siswa merevisi teks-teks mereka melalui interaksi online untuk memperoleh dan memberikan informasi dalam memperbaiki rancangan akhir mereka. Dengan kata lain, pilihan siswa dari tindakan dalam sistem untuk berinteraksi dengan teman sebaya mereka untuk
tujuan bersama dari perbaikan teks didefinisikan sebagai pola interaksi dalam penelitian ini (Liu & Tsai, 2008; Reisslein, Seeling, & Reisslein, 2005). Rancangan pertama dan terakhir siswa dianalisis lebih lanjut dan dibandingkan untuk menggambarkan pengaruh pola interaksi pada revisi teks.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola interaksi online mempengaruhi revisi teks siswa. Karena siswa bebas untuk memilih tindakan mereka dalam proses interaktif untuk meningkatkan teks-teks mereka, pola interaksi mereka
dapat mengungkapkan implikasi pembelajaran yang signifikan bagi para guru. Dua rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini: (1) Apa pola interaksi siswa dalam revisi teks online? dan (2) Bagaimana pola interaksi mempengaruhi siswa teks revisi-revisi dalam rancangan akhir mereka?

Metode

Peserta

Sebuah kelas menulis EFL dipilih secara acak dari sebuah universitas ilmu pengetahuan dan teknologi di Pusat Taiwan. Dalam kelas ini, 25 mahasiswa memiliki kesamaan dalam dua aspek: (1) mereka semua lulus ujian kelancaran berbahasa Inggris tingkat menengah, tes skrining nasional yang dikelola oleh universitas dalam pemilihan siswa yang ingin
mempelajari Bahasa Inggris, dan (2) mereka telah mengambil kelas menulis yang sama selama dua tahun di universitas ini dan berada di tahun ketiga.

Tujuan dari kelas menulis adalah untuk mengembangkan keterampilan menulis siswa melalui interaksi online yang mengarah pada rekonstruksi teks asli mereka berdasarkan umpan balik yang diterima dari rekan editor. Artinya, siswa berusaha untuk
mencapai tujuan bersama mereka dalam perbaikan teks dan perbaikan teks mereka dinilai dengan membandingkan perbedaan antara rancangan pertama dan akhir. Selain pembelajaran di kelas, siswa diharapkan menyelesaikan setiap teks dalam siklus menulis siklus (menulis-mengedit-mengevaluasi-menulis kembali) dalam waktu tiga minggu dan menghabiskan tiga sampai empat jam per minggu untuk melakukannya. Mereka secara acak ditugaskan pengidentifikasi pengguna dalam sistem untuk menjadi tanpa nama dalam siklus menulis ketika mereka mengirimkan esai reaksi mereka, mengedit kesalahan penulisan dari rekan, mengevaluasi perbaikan rekan editor, dan akhirnya merekonstruksi teks-teks mereka.


Prosedur pengumpulan data

Penelitian ini dilakukan antara tanggal 1 Oktober 2007 dan 14 Januari 2008. Sebanyak 25 mahasiswa S1 diminta untuk merevisi teks-teks mereka dengan berinteraksi dengan rekan-rekan mereka secara online baik selama dan setelah kelas. Editor rekan memilih jenis kesalahan dan menyatakan alasan di balik pilihan mereka sehingga setiap siswa bisa membaca esai yang telah direvisi  dan komentarnya dengan menggerakkan mouse pada ikon dalam teks (Gbr. 2). Koreksi atau komentar ini membantu penulis merenungkan kesalahan mereka. Selain itu, revisi diindikasikan oleh Diff Engine, yang menyorot kata-kata yang baru ditambahkan dan mencoret kata-kata dihapus.



Gambar 2. Mengomentari koreksi
Selanjutnya, para mahasiswa penulis asli yang memberikan komentar untuk menilai saran editor. Sebagai contoh, seorang komentator (mahasiswa penulis) mungkin mengklik ikon "segitiga" untuk membaca koreksi atau saran rekan editor. Dia kemudian mungkin atau
tidak mungkin menulis responnya terhadap setiap koreksi atau saran. Komentator mengevaluasi koreksi rekan editor tersebut dengan memberikan dua bintang pada skala bintang lima di kolom "evaluasi". Dia kemudian menjelaskan evaluasinya di kolom
"alasan untuk evaluasi". Contoh ditunjukkan pada Gambar 3.



Gambar 3. Contoh evaluasi penulis mahasiswa dari umpan balik online

Proses interaktif siswa dengan teman sebaya dalam revisi teks tercatat dalam hasil rekam jejak. Dua jenis data dimasukkan dalam hasil rekam jejak: log tindakan dan statistik pribadi. Log tindakan mencatat setiap tindakan siswa dalam sistem, seperti membaca, mengirim, mengedit, dan mengevaluasi. Ketika siswa masuk ke sistem, fungsi rekaman diaktifkan. Modul rekam jejak dapat merekam tindakan pengoperasian yang diadopsi siswa dalam sistem ini, misalnya, membaca, mengirim, merevisi, menyarankan, dan mengevaluasi. Log tindakan tercantum dalam tabel (lihat Gambar. 4). Dengan mengklik tombol “view”, guru bisa memastikan mahasiswa yang mana, teks yang mana, dan koreksi atau saran yang mana mahasiswa berinteraksi.

"Statistik Pribadi" menunjukkan jumlah teks yang setiap siswa kirimkan, jumlah dan jenis kesalahan dibuat yang masing-masing mahasiswa. "Catatan kiriman" meliputi (a) jumlah esai baru yang dikirimkan, (b) komentar pada esai rekan, dan (c) topik esai yang telah direvisi mahasiswa. Sebagai contoh, editor rekan memilih jenis kesalahan, dan jumlah kesalahan dalam teks secara otomatis dihitung sebagai statistik pribadi dalam sistem.

Gambar 4. Log tindakan


Gambar 5. Mahasiswa A, informasi yang diperoleh dari rekan-rekan

Prosedur analisis data

Tantangan utama dari analisis data dalam penelitian ini melibatkan keterpaduan kasus, metode, dan dataset untuk menghasilkan penarikan kesimpulan yang analitis. Dalam kumpulan studi kasus ini, analisis data dalam setiap kasus, antara kasus, dalam
setiap metode, dan antara metode dilakukan bersamaan dengan pengumpulan dan pengolahan data (Lim & Barnes, 2005). Data dianalisis dalam hal tindakan masing-masing siswa dalam hasil jejak rekam dan rancangan pertama dan terakhir masing-masing siswa bersama dengan saran dan koreksi rekan editor yang dikumpulkan dalam penelitian ini. Pertama, untuk mengamati interaksi antara mahasiswa dan rekan-rekan mereka melalui membaca dan menulis, log tindakan dalam hasil jejak diperiksa. Kedua, pola interaksi mahasiswa diidentifikasi berdasarkan tindakan yang diambil mahasiswa dalam sistem.

Akhirnya, rancangan pertama dan terakhir mahasiswa dianalisis dan dibandingkan dalam hal revisi lokal dan global. "Revisi lokal" mengacu pada koreksi mahasiswa penulis sehubungan dengan kesalahan tata bahasa seperti kata-kata yang berlebihan, penyalahgunaan
tanda baca, dan kesesuaian subjek-kata kerja yang tidak benar. "Revisi Global" mengacu pada koreksi mahasiswa penulis tentang organisasi, pengembangan, atau gaya teks. Baik revisi  lokal dan global penting bagi mahasiswa untuk memperbaiki teks-teks mereka (Cho & Shunn, 2007; Li, 2006). Dengan kata lain, perbaikan teks setiap siswa dinilai dengan perbandingan antara rancangan pertama dan terakhir dalam hal revisi lokal dan global. Keandalan antar penilai revisi siswa lokal dan global dalam konsep mereka pertama dan terakhir berkisar antara 0,75 sampai 0,86 diantara 25 peserta. Ketidaksepakatan antara dua penilai diselesaikan dengan diskusi. Analisis data yang digunakan metode penelitian ini disajikan pada bagian berikut.

Hasil

Dalam penelitian ini, revisi didefinisikan sebagai perubahan yang dibuat mahasiswa pada produk tulisan untuk memperbaikinya. Revisi ditunjukkan dalam sistem dengan Diff Engine, yang menyoroti kata-kata yang baru ditambahkan dan menyilang kata-kata yang dihapus. Untuk menggambarkan perbedaan dalam rancangan akhir mahasiswa penulis dan pola interaksi, kami memilih dua sampel mahasiswa. Sedangkan mahasiswa A adalah contoh  mahasiswa yang membuat revisi baik lokal dan global, mahasiswa B hanya membuat
revisi lokal pada rancangan akhir. Statistik tentang tindakan 25 peserta, seperti yang tercatat dalam hasil jejak rekam dan koreksi pada teks rekan-rekan mereka, juga dibahas.

Proses interaktif mahasiswa A dan B dengan rekan-rekan mereka

Proses interaktif mahasiswa A ditunjukkan pada Gambar 5. Dalam menelusuri tindakan mahasiswa A, kami menemukan bahwa ia memperoleh informasi dengan membaca teks rekan penulis yang berbeda pada tanggal 6 November 2007. Dia kemudian membaca dan membaca ulang teks sendiri dan kemudian mengoreksi kesalahannya untuk menyempurnakan teks. Dalam berinteraksi dengan rekan-rekannya, ia menerima banyak koreksi dan saran dari rekan editor yang berbeda. Berdasarkan koreksi dan saran ini, mahasiswa A merevisi teksnya. Seperti ditunjukkan pada Gambar 5, mahasiswa A membaca berbagai saran dan koreksi dari rekan editor pada 4 Desember 2007. Setelah membaca, ia menulis ulang teks itu berdasarkan saran dan koreksi editor teman sejawat. Dia kemudian menerbitkan rancangan akhirnya pada
5 Januari 2008. Dari hasil jejak rekam, ditemukan bahwa mahasiswa A membaca tidak hanya saran yang rekan editor berikan kepadanya tetapi juga saran editor rekan 1 pada esai rekan penulis 2 (4 Desember 2007).

Selain memperoleh informasi dari rekan-rekan, mahasiswa A juga memberikan informasi terhadap rekan-rekannya. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6, ia menyunting teks rekan penulis dan membuat beberapa saran pada tanggal 29 Desember 2007. Dalam proses
pemerolehan dan pemberian informasi, mahasiswa A bertindak sebagai penyangga untuk orang lain, dan begitupun sebaliknya.

Gambar 6. Mahasiswa A, informasi yang diberikan kepada rekan-rekan

Dalam Gambar 6, mahasiswa A secara aktif berpartisipasi dalam interaksi kolaboratif dengan teman-temannya melalui, misalnya, mengedit dan memberi saran berkenaan dengan esai rekan-rekannya. Sementara mahasiswa A berinteraksi dengan teman sebaya, membaca dan
memberikan saran untuk rekan-rekan membantunya merevisi teksnya sendiri.

Sama seperti mahasiswa A, mahasiswa B mendapatkan informasi dengan membaca esai teman-temannya '(lihat Gambar 7). Namun, ia terkadang menerbitkan esai baru tanpa membaca esai rekan-rekannya. Artinya, mahasiswa B menggunakan pengetahuan sebelumnya untuk menulis esai tanpa berinteraksi dengan rekan-rekannya dalam sistem tersebut. Ketika mahasiswa B merevisi esainya, ia hanya membaca sedikit atau bahkan tidak sama sekali  koreksi dan saran yang diberikan oleh rekan-rekannya. Misalnya, ada 74 komentar (tindakan 4) dalam teksnya. Mahasiswa B hanya membaca salah satu dari 74 komentar dalam teks itu (tindakan 5). Tindakan 6 sampai 10 menunjukkan bahwa tidak ada komentar-komentar dalam versi yang berbeda dari esai yang dibaca olehnya. Dia membaca koreksi dari rekan-rekannya tanpa mengevaluasi alasan (komentar) mengapa koreksi telah dibuat.



Gambar 7. Pemerolehan dan pemberian informasi Mahasiswa B
Pola interaksi mahasiswa A dan B

Berdasarkan tindakan siswa yang tercatat dalam hasil jejak rekam, pola interaksi mahasiswa A dan B diidentifikasi (Liu & Tsai, 2008; Reisslein, Seeling, & Reisslein, 2005). Pola-pola ini mengacu pada bagaimana mahasiswa menerbitkan esai baru, membaca teks rekan penulis, mengedit kesalahan rekan-rekan, dan memberikan saran kepada rekan penulis. Berdasarkan  tindakan yang diambil dan dicatat mahasiswa A dalam hasil penelusuran, pola interaksi mahasiswa A ditunjukkan pada Gambar 8.

Enam jenis interaksi ditunjukkan pada Gambar 8. Dalam pemerolehan informasi, mahasiswa A membaca revisi lokal dan global rekan editor serta rekan penulis. Dalam memberikan informasi, ia mengedit teks rekan penulis, memberikan saran untuk rekan penulis, dan menerbitkan teks bagi rekan-rekan untuk dibaca. Dalam sistem ini, hampir semua orang adalah penyangga bagi orang lain dalam interaksi kolaboratif revisi teks. Sebagai individu, mahasiswa A sering memperoleh dan memberikan informasi untuk rekan-rekan dalam menjalankan peran masing-masing.



Gambar 8. Pola interaksi mahasiswa A

Melihat lebih dekat pada pemerolehan informasi mahasiswa A menunjukkan bahwa mahasiswa A telah membaca saran yang diberikan oleh rekan-rekan 1 dan 3 (Gbr. 9). Dia juga membaca saran yang diberikan oleh rekan 1 kepada rekan 2. Mahasiswa tidak hanya
memperoleh informasi secara pasif dari rekan editor. Sebaliknya, ia secara aktif mencari dan membaca sumber lain seperti saran rekan 1 tentang esai rekan 2.
Gambar 9. Pemerolehan informasi mahasiswa A dari rekan-rekan

Berkenaan dengan pemberian/kontribusi informasi (lihat Gbr. 10), mahasiswa A mengedit esai rekan 1 dan menyatakan alasan mengapa koreksi telah dibuat. Selain mengedit esai rekan-rekan, mahasiswa A juga memberi saran pada teks rekan 2 yang berkaitan dengan  susunan dan pengembangan teks. Setelah memperoleh dan memberikan informasi dalam
interaksi kolaboratif, mahasiswa A akhirnya menerbitkan sebuah esai baru untuk dibaca teman-temannya.

Gambar 10. Kontribusi informasi mahasiswa A

Berbeda dengan mahasiswa A, mahasiswa B memiliki pola interaksi yang lebih sederhana. Pada Gambar 11, pemerolehan informasi mahasiswa B hanya melibatkan membaca saran rekan penulis dan esai rekan saja. Dia telah memperoleh sedikit informasi karena dia hanya membaca saran yang diberikan oleh rekan-rekan untuk dirinya (lihat Gambar. 12).
 

Gambar 11. Pola interaksi mahasiswa B

Gambar 12. Mahasiswa B perolehan informasi

Dalam kontribusi informasi, mahasiswa B mengedit esai rekan 1 dan menerbitkan esainya sendiri (lihat Gambar 13). Berbeda dari pola interaksi mahasiswa A, tindakan mahasiswa B dalam "memberikan saran revisi global untuk esai rekan-rekan" hilang. Mahasiswa B hanya dapat mengedit esai rekan-rekan untuk kesalahan tata bahasa. Dia tidak memberikan saran mengenai gaya, organisasi, dan pengembangan esai rekan-rekannya.

Gambar 13. Kontribusi informasi mahasiswa B kepada rekan-rekan

Pengaruh pola interaksi mahasiswa A dan B pada revisi teks

Kutipan saran dan koreksi editor pada teks mahasiswa A ditunjukkan pada Tabel 2.

Table 2. Kutipan saran dan koreksi editor pada teks mahasiswa A ditunjukkan pada Tabel 2.
(1) After seeing seeing, the movie, the most impress on my mind is a phrase” If you focus on the problem, you can not see the solution. Never focus on the problem!” (2) Just As like my general lessons knowledge course’s teacher said" People people often commit an error because in of the habitual inertia train of thought and do not jump out the circle." (3) Because we always suppose believe that the seeing thing is what believes, we is see truth. Is Such true. as (4) Like the patients in the movie, they do are not lose their mental balance, but most of people think they are mental patients and nobody willing to realize hear them. (5) the Furthermore, voice it in is their useless mind. Cures Doctors that also the doctors just use medication but in compliance with the formulation and ignore the patient’s feeling. It is no futile effort that cures the problem only on the physiology.


Menganalisis rancangan yang pertama dan terakhir mahasiswa A, kami menemukan bahwa mahasiswa A melakukan revisi baik lokal dan global (lihat Tabel3). Mahasiswa A tidak menerima semua koreksi atau saran yang diberikan teman-temannya, melainkan, ia secara selektif menerima beberapa saran dan koreksi dalam rancangan terakhirnya. Misalnya, dalam kalimat 2, 3, dan 4 (lihat Tabel 3), mahasiswa  A tidak merevisi kalimat persis seperti saran rekan editor. Sebaliknya, ia menulis ulang kalimat untuk mengekspresikan ide-idenya dengan lebih jelas dan tepat. Dia kemudian memadukan kalimat 5 dan 6 dalam rancangan terakhirnya, sebuah revisi global. Arti dari kalimat 5 dan 6, dengan demikian, berubah sesuai dengan reorganisasi teks.












Tabel 3. Analisis rancangan pertama dan terakhir mahasiswa A
First draft
Final draft
Type of revision
(1) After seeing, the most impress on my
mind is a phrase” If you focus on the
problem, you can not see the solution.
Never focus on the problem!”
(1) After seeing the movie, the most impressive
statement in my mind is “If you focus on the
problem, you can not see the solution. Never
focus on the problem!”
Local revision
(2) As my general knowledge course’s
teacher said, people often commit an error
in the inertia train of thought and do not
jump out the circle.
(2) As one of the teachers of general education
said “People often commit an error because of the
habitual thought and do not jump out the circle.”
Local revision
(3) Because we suppose that seeing is
believes, is truth.
(3) Because we always believe the thing what we
see is true.
Local revision
(4) Such as the patients in the movie, they
are not lose their mental balance, but most
of people think they are mental patients and
nobody willing to hear the voice in their
mind.
(4) Such as the patients in the movie, they do not
lose their mental balance, but most of people even
doctors think they are mentally disordered
psychiatric patients and nobody is willing to
realize them.
Local revision
(5) Doctors also just use medication in
compliance with the formulation and ignore
the patient’s feelings.
(5) Furthermore, I think it is useless that the
doctors just use medication but ignores the
patient’s feeling.
Global revision
(6) It is no futile effort that cures the
problem only on the physiology.
(5) Furthermore, I think it is useless that the
doctors just use medication but ignores the
patient’s feeling.
N/A
(13) The leading role finally proved his
concepts and his ways are correct at the end
of this movie.
(13) The final result is that Patch proved his
concepts and his ways are correct at the end of
this movie.
Local revision
(14) N/A
(14) So I think the rules are people to formulate,
so the rules are supposed to modify by people in
appropriately.
Global revision

 











Tabel 4 menunjukkan kutipan dari koreksi dan saran editor pada teks mahasiswa B.


Table 4. kutipan dari koreksi dan saran editor pada teks mahasiswa B
(1) Patch Adams” is was a wonderful. wonderful ,I touching, was and really enjoyable moved movie by and the I movie. Am It really was moved very by touching it .and enjoyable. (2)All emotions runwere running high during this whole movie. (3) The sadness level rises, the happiness level rises, and the overall entertainment through this whole movie. (4) "Patch Adams" delivers a powerful message. Which It is about the old saying—laughter saying that goes "laughter is the best medicine.medicine." (5)InHe Adams'sknew opinion,in hehis thinkheart that all the patients need needed to laugh laugh. And Laughter the is laughter after is all the best medicine anyone could ask for. (6) Adams discovers that a clown nose can amuse accomplish more than any pill in many cases--and sets to work amusing patients. (7) By communicating with patients, he discovers that by helping others makes he him helps help himself, himself. too.


Editor rekan memberikan banyak koreksi dan saran ke B mahasiswa, tetapi hanya empat dari sepuluh kalimat yang direvisi pada rancangan akhir mahasiswa B (lihat Tabel 5). Mengacu kembali ke tindakan mahasiswa B dalam hasil rekam jejak, kami menemukan bahwa
mahasiswa B memiliki beberapa interaksi dengan teman sebaya, seperti membaca saran dari rekan-rekan hanya sedikit atau tidak sama sekali. Interaksi pasif dalam sistem mengakibatkan keterbatasan mahasiswa B dalam merevisi rancangan terakhirnya. Jenis-jenis revisi teks terbatas pada revisi lokal.




Tabel 5. Analisis rancangan pertama dan terakhir mahasiswa B
First draft
Final draft
Type of revision
(1) “Patch Adams” was wonderful.
(1) “Patch Adams” was wonderful.
N/A
(2) I was really moved by the movie.
(2) I was really moved by the movie.
N/A
(3) All emotions were running high during this
whole movie.
(3) All emotions were running high during
this whole movie.
N/A
(4) The sadness level rises, the happiness level
rises, and the overall entertainment through this
whole movie.
(4) The sadness level rose, the happiness
level rose, and the overall entertainment
through this whole movie rose.
Local revision
(5) “Patch Adams” delivers a powerful message.
(5) “Patch Adams" delivers a powerful
message, which is an old saying that goes
“laughter is the best medicine.”
Local revision
(6) It is about the old saying that goes “laughter is
the best medicine.”
(5) “Patch Adams" delivers a powerful
message, which is an old saying that goes
“laughter is the best medicine.”
Local revision
(7) He knew in his heart that all the patients
needed to laugh.
(7) He knew in his heart that all patients
needed to laugh.
Local revision
(8) Laughter is after all the best medicine anyone
could ask for.
(8) Laughter is after all the best medicine
anyone could ask for.
N/A
(9) Adams discovers that a clown nose can
accomplish more than any pill in many cases—
and sets to work amusing patients.
(9) Adams discovered that a clown nose
could accomplish more than any pill in
many cases, and then set to amuse patients.
Local revision
(10) By communicating with patients, he
discovers that by helping others he helps himself,
too.
(10) Through communicating with patients,
he discovered that by helping others he
helped himself, too.
Local revision

 




















Perbedaan pada revisi teks peserta

Dari 25 peserta dalam penelitian ini, sembilan belas hanya melakukan revisi lokal pada rancangan terakhir mereka, sementara enam peserta membuat revisi baik lokal dan global (lihat Tabel 6). Beberapa perbedaan dapat dideteksi dari kedua kelompok ini. Pertama,
jumlah tindakan anggota dari dua kelompok ini berbeda (lihat Tabel 6).

Sebuah uji T dilakukan untuk menguji apakah ada perbedaan signifikan antara kedua kelompok mahasiswa dalam tindakan dan revisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan tersebut signifikan dengan nilai p kurang dari ,01. Rata-rata frekuensi tindakan mahasiswa menunjukkan bahwa mahasiswa yang membuat revisi global mengambil lebih banyak tindakan pada membaca, mengirim, mengedit, dan mengevaluasi daripada mahasiswa yang membuat hanya revisi lokal. Dengan kata lain, semakin banyak mahasiswa berinteraksi online, semakin mereka melakukan revisi baik lokal dan global dalam teks. Pengaruh dari
interaksi pada teks mahasiswa juga bisa diketahui dari tingkat revisi kalimat. Dalam teks, mahasiswa yang membuat baik revisi lokal dan global merevisi 90% dari kalimat mereka, sedangkan mahasiswa yang membuat hanya revisi lokal merevisi 41% dari kalimat mereka.

Tabel 6. Rata-rata frekuensi tindakan siswa dalam revisi teks
Peserta
Jumlah mahasiswa
Rata-rata frequency tindakan mahasiswa
Rata-rata tingkat revisi kalimat
Kelompok A: revisi lokal dan global
Kelompok B: revisi lokal
6
19
862**
198.6**
90%**
41%**
**p < .01

Kedua, beberapa tindakan hilang dalam pola interaksi mahasiswa yang membuat revisi lokal saja. Misalnya, enam jenis pola interaksi ditemukan pada mahasiswa yang membuat revisi baik lokal dan global, sedangkan hanya empat dari mereka ditemukan pada mahasiswa yang membuat revisi lokal. Tindakan yang hilang adalah (1) membaca saran dari rekan, (2) membuat saran untuk esai rekan-rekan. Ketiga, kami menemukan bahwa mahasiswa yang membuat hanya revisi lokal fokus pada saran yang diberikan rekan-rekan mereka dan mengabaikan atau jarang membaca saran dari rekan-rekan mereka. Ini menurunkan peluang mahasiswa untuk belajar dari rekan-rekan. Keempat, mahasiswa yang membuat hanya revisi lokal mengalami kesulitan mencari dan mengoreksi kesalahan rekan penulis. Mereka hanya fokus pada kesalahan tata bahasa tanpa memberikan saran dalam hal gaya, pengembangan, dan organisasi teks.

Kelima, dari pola interaksi mahasiswa A, kami menemukan bahwa interaksi kolaboratif dengan rekan-rekan bukanlah proses satu arah. Sebaliknya, itu adalah proses timbal balik berbagi dan membangun makna. Dalam proses timbal balik, ia tidak hanya memperoleh informasi dari teman-temannya tapi juga memberikan kontribusi informasi kepada mereka. Dia terhubung dengan rekan-rekannya untuk mencapai tujuan bersama merevisi teks. Dia juga bertindak sebagai penyangga untuk rekan-rekannya dalam proses mencapai tujuan ini. Pola interaksi mahasiswa yang membuat revisi baik lokal dan global diilustrasikan dalam
Gambar 14.

Gambar 14. Pola interaksi mahasiswa yang membuat revisi baik lokal dan global

Akhirnya, dari pemerolehan dan pemberian informasi mahasiswa B, pola interaksi siswa yang membuat hanya revisi lokal hampir merupakan proses satu arah (Gbr. 15). Misalnya, mahasiswa 2 memperoleh informasi dari mahasiswa 3 tetapi ia tidak memberikan kontribusi informasi kepada siswa 3. Proses interaksi menjadi proses satu arah. Selain itu, ketika  mahasiswa 4 memberikan kontribusi informasi kepada mahasiswa 2, mahasiswa 2 tidak membaca informasi mahasiswa 4 itu. Hasilnya, kontribusi informasi mahasiswa 4 tidak bermanfaat bagi mahasiswa 2 dalam revisi teks.

Gambar 15. Interaksi pola siswa yang membuat revisi lokal hanya

Pembahasan

Dari hasil penelitian ini, kami mampu mengidentifikasi kerangka interaksi untuk menjelaskan bagaimana interaksi kolaboratif online mempengaruhi revisi teks mahasiswa (lihat Gbr. 16). Kerangka kerja ini menunjukkan bagaimana mahasiswa berangkat dari rancangan pertama mereka (informasi tidak dibagi) ke rancangan akhir mereka (makna yang baru dibangun dari teks-teks) dengan berinteraksi dengan rekan-rekan.

Gambar 16. Kerangka interaksi revisi teks mahasiswa

Dalam revisi teks, siswa melewati tahapan yang berbeda dengan berinteraksi dengan rekan-rekannya, yaitu, pemerolehan informasi, negosiasi makna, dan kontribusi informasi. Dalam setiap tahap, mahasiswa mungkin telah mengambil beberapa tindakan untuk mencapai tujuan mereka merevisi atau menulis ulang teks-teks mereka. Dalam penelitian ini, mahasiswa menerima saran dan koreksi dari rekan-rekan dalam proses revisi setelah mengirimkan rancangan pertama mereka. Mereka juga membaca esai dari rekan penulis yang berbeda tentang topik yang sama atau berbeda untuk meniru gaya tulisan dan keterampilan mereka. Dalam membaca, mahasiswa penulis mungkin menghadapi konflik antara pengetahuan mereka sebelumnya dan koreksi dan saran rekan editor.

Dalam menghadapi konflik, seorang mahasiswa penulis menegosiasikan makna dengan rekan-rekannya melalui membaca dan menulis. Mahasiswa penulis bisa membandingkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan informasi yang ia terima. Negosiasi makna mengarah pada persetujuan atau ketidaksetujuan terhadap koreksi dan saran rekan. Penting bagi seorang mahasiswa penulis untuk secara jelas menyatakan setuju atau tidak setuju, yang mewakili evaluasinya terhadap koreksi dan saran rekan. Tanpa negosiasi makna, seorang mahasiswa penulis tidak akan mampu untuk mengidentifikasi apa yang telah dilakukan
benar atau salah.

Melalui kesepakatan atau ketidaksepakatan dengan koreksi dan saran rekan editor, penulis mahasiswa merevisi teksnya. Memadukan koreksi dan saran rekan editor membantu seseorang menkonstruksi makna baru dan menerbitkan esai baru. Dalam menkonstruksi makna baru, seorang penulis mahasiswa mungkin telah memainkan peran lain sebagai editor atau komentator. Dia perlu dilengkapi dengan kemampuan untuk membantu orang lain merevisi teks-teks mereka dengan memberikan koreksi dan saran. Dengan penyelidikan pemerolehan dan kontribusi informasi dalam revisi kolaboratif, kemajuan mahasiswa dalam
proses penulisan dapat diamati dalam penelitian ini. Berbeda dengan penelitian sebelumnya (misalnya, DiGiovanni & Nagaswami, 2001; Heift & Caws, 2000) yang fokus pada evaluasi rancangan akhir mahasiswa, penelitian ini menekankan pentingnya proses siswa menulis dalam perbaikan teks.

Berdasarkan kerangka kerja yang diajukan dalam penelitian ini, kami menyarankan bahwa instruktur menjelaskan manfaat dari ulasan rekan dan membuat mahasiswa sadar akan pentingnya ulasan rekan. Misalnya, guru dapat memberikan kepada para mahasiswa contoh rancangan pertama dan terakhir rekan-rekan. Perbandingan ini jelas akan menunjukkan peningkatan siswa dalam rancangan akhir mereka. Perbandingan antara rancangan pertama dan terakhir sangat penting bagi mahasiswa yang berpartisipasi rendah karena mereka didapati mengabaikan koreksi dan saran rekan editor dalam penelitian ini. Melalui  pemantauan terhadap kemajuan mahasiswa yang berpartisipasi rendah dalam revisi, guru juga harus memberikan bantuan yang diperlukan kepada mereka karena mereka mungkin menghadapi kesulitan dalam menulis teks, mengedit teks rekan penulis, dan mengevaluasi saran rekan editor teman sejawat. Karena membaca dan menulis merupakan interaksi penting dalam proses ulasan rekan, guru harus mendorong mahasiswa untuk memainkan peran yang berbeda dan mengambil tanggung jawab untuk setiap peran dalam interaksi kolaboratif dan proses pembelajaran.

Beberapa keterbatasan juga ditemukan dalam penelitian ini. Pertama, ukuran sampel tidak cukup besar untuk menggeneralisasi pola interaksi kolaboratif mahasiswa, karena hanya 25 peserta ambil bagian dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini mungkin tidak dapat sepenuhnya menggambarkan pola interaksi di kelas EFL. Kedua, persepsi guru dan mahasiswa tentang perkembangan menulis dalam sistem ini harus lebih dieksplorasi. Wawancara dapat dilakukan untuk menyelidiki persepsi mereka terhadap dampak sistem ini pada ulasan rekan.
Pengakuan

Penelitian ini didukung oleh National Science Council di Cina Republik, Taiwan (NSC 97-2410-H-224-016-MY2).


Referensi

Chi, F. M. (2001). The role of small-group text talk in EFL reading: A thematic analysis. Taiwan: The Crane Publishing Co.,LTD.
Cho, K., & Shunn, C. D. (2007). Scaffolded writing and rewriting in the discipline: A web-based reciprocal peer review system. Computers & Education, 48, 409–426.
DiGiovanni, E., & Nagaswami, G. (2001). Online peer review: An alternative to face-to-face? ELT Journal, 53(3), 263–272.
Gonzalez-Lloret, M. (2003). Designing task-based CALL to promote interaction: En busca de esmeraldas. Language Learning & Technology, 7(1), 86–104.
Graves, M. F., Graves, B. B., & Braaten, S. (1996). Scaffolded reading experiences for inclusive classes. Educational Leadership, 53(5), 14–16.
Heift, T., & Caws, C. (2000). Peer feedback in synchronous writing environments: A case study in French. Educational Technology & Society, 3(3), 208–214.
Hoadley, C. M., & Enyedy, N. (1999). In C. M. Hoadley, & J. Roschelle (Eds.) CSCL’99 Proceedings of computer support for collaborative learning (pp. 242–251). Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates.
Huffaker, D. A., & Calvert, S. L. (2003). The new science of learning: Active learning, metacognition, and transfer of knowledge in e-learning applications. Journal of Educational Computing Research, 29(3), 325–334.
Jonassen, D., Davison, M., Collins, M., Campbell, J., & Bannan Haag, B. (1995). Constructivism and computer-mediated communication in distance education. The American Journal of Distance Education, 9(2), 7–26.
Kinnunen, R. & Vauras, M. (1995). Comprehension monitoring and the level of comprehension in high- and low-achieving primary school children’s reading. Learning and Instruction, 5, 143–165.
Leahey, T. H. & Harris, R. J. (1989). Human learning. Englewood Cliffs: Prentice Hall.
Li, J. (2006). The mediation of technology in ESL writing and its implications for writing assessment. Assessing Writing, 11, 5–21.
Lim, C. P., & Barnes, S. (2005). A collective case study of the use of ICT in economics courses: A sociocultural approach. The Journal of the Learning Sciences, 14(4), 489–526.
Liu, C. C., & Tsai, C. C. (2008). An analysis of peer interaction patterns as discoursed by on-line small group problem-solving activity. Computers & Education, 50, 627–639.
Loard, G., & Lomicka, L. L. (2004). Developing collaborative cyber communities to prepare tomorrow’s teachers. Foreign Language Annals, 37(3), 401–417.
Martindale, T., Pearson, C., Curda, L. K., & Pilcher, J. (2005). Effects of an online instructional application on reading and mathematics standardized test scores. Journal of Research on Technology in Education, 37(4), 349–360.
Pena-Shaff, J. B. & Nicholls, C. (2004). Analyzing student interactions and meaning construction in computer bulletin board discussions. Computers & Education, 42, 243–265.
Puntambekar, S. (2006). Analyzing collaborative interactions: Divergence, shared understanding and construction of knowledge. Computers & Education, 47, 332–351.
Reeves, T. C., Herrington, J. & Oliver, R. (2004). A development research agenda for online collaborative learning. Educational Technology Research and Development, 52(4), 53–65.
Reisslein, P., Seeling, P., Reisslein, M. (2005). Integrating emerging topics through online team design in a hybrid communication networks course: Interaction patterns and impact of prior knowledge. Internet and Higher Education, 8, 145–165.
Stahl, G. (2002). Rediscovering CSCL. In R. H. T. Koschmann, & N. Miyake (Eds.), CSCL 2: Carrying forward the conversation (pp. 275–296). Mahwah, NJ: Erlbaum.
Warschauer, M., (1997). Computer-mediated collaborative learning: Theory and practice. Modern Language Journal, 81(3), 470–481.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar